Jakarta, TeropongJakarta.com – Di balik ketegasan yang kerap dilekatkan pada profesi advokat, Nala Natasya, S.H., menyimpan perjalanan hidup yang ditempa sejak usia belia. Ia tumbuh dalam keluarga yang tidak utuh dan memilih merantau ketika sebagian besar orang seusianya masih menggantungkan hidup pada rumah. Tanpa banyak sandaran, Nala belajar berdiri di atas kakinya sendiri lebih cepat dari kebanyakan.
Pengalaman itu membentuk cara pandangnya terhadap hidup. Banyak keputusan ia ambil tanpa jaring pengaman, membuatnya akrab dengan kerja keras, ketahanan, dan tanggung jawab. “Dari situ saya belajar mengambil keputusan dengan lebih sadar dan realistis. Setiap pilihan harus siap saya tanggung konsekuensinya,” kata Nala. Masa lalu, baginya, bukan luka yang perlu disangkal, melainkan fondasi yang membentuk keteguhan hari ini.
Dunia hukum kemudian menjadi ruang bagi Nala mengasah nalar dan ketegasan. Bertahun-tahun ia bergulat dengan berkas perkara, klien, dan dinamika ruang sidang yang menuntut fokus penuh. Namun hidup membawa Nala pada fase yang memintanya berhenti sejenak. Ketika menjadi ibu, ia dihadapkan pada pertanyaan yang lebih mendasar: tentang kehadiran.

Ia tak ingin anaknya tumbuh dengan kekosongan emosional yang pernah ia rasakan. “Saya ingin hadir sepenuhnya dalam tumbuh kembang anak saya, bukan hanya sebagai ibu, tetapi sebagai tempat aman,” ujarnya. Dari kesadaran itu, Nala memilih menjeda sebagian aktivitas hukumnya dan menata ulang prioritas hidup sebuah keputusan yang diambil dengan pertimbangan matang, bukan sebagai pelarian.
Peralihan arah tersebut tidak menghapus identitas profesionalnya. Latar belakang hukum justru menjadi fondasi dalam membangun usaha. Melalui bisnis online Beauty by Natasya, Nala menerapkan prinsip-prinsip kerja yang disiplin: ketepatan sistem, kejelasan tanggung jawab, dan konsistensi pelayanan. Ia memandang bisnis bukan sekadar aktivitas ekonomi, melainkan komitmen jangka panjang.
Dalam pengelolaannya, Beauty by Natasya tumbuh sebagai usaha digital yang stabil. Jangkauan pelanggannya meluas, dengan sistem reseller yang terstruktur. Dalam periode tertentu, keuntungan bulanan yang diraih telah mencapai dua digit. Namun bagi Nala, capaian itu bukan tujuan akhir. “Angka hanyalah hasil. Yang utama adalah proses dan keberlanjutan,” katanya.

Ia menempatkan para reseller bukan sekadar penjual, melainkan mitra bertumbuh. Nala aktif membagikan pengalaman, pola kerja, dan prinsip usaha agar para reseller memiliki pijakan yang sama kuatnya. Ia percaya bisnis yang sehat adalah bisnis yang memberi ruang berkembang bagi banyak orang, bukan hanya pemiliknya.
Di tengah stigma terhadap anak-anak dari keluarga broken home, Nala memilih berdiri pada narasi yang berbeda. Ia menolak anggapan bahwa latar belakang menentukan akhir cerita. “Keterbatasan itu nyata, tapi bukan vonis,” ujarnya. Baginya, sukses bukan semata soal pencapaian materi, melainkan keberanian untuk bertahan, terus melangkah, dan bertanggung jawab atas pilihan hidup sendiri.
Perjalanan Nala Natasya menunjukkan bahwa hidup tidak selalu bergerak lurus. Dari ruang sidang hingga dunia pengasuhan dan bisnis digital, ia menata masa depan dengan kesadaran penuh menjadikan pengalaman sebagai guru, luka sebagai sumber keteguhan, dan pilihan sebagai bentuk tanggung jawab terhadap hidup yang dijalaninya.
