Jakarta, TeropongJakarta.com – Di antara ritme kota yang bergerak tanpa jeda, nama Laily Windi muncul sebagai potret generasi muda yang tidak hanya sibuk mengejar gelar, tetapi juga menjaga kewarasan hidup di tengah padatnya rutinitas. Laily, yang bermukim di Depok namun menempuh pendidikan di kampus Jakarta Selatan, baru saja menuntaskan studi farmasinya. Kini, ia bekerja sebagai apoteker di salah satu rumah sakit di Jakarta Selatan sebuah peralihan yang tidak menghapus kebiasaan lamanya: menata waktu dengan disiplin dan memberi ruang bagi hidup yang seimbang.
Beberapa bulan lalu, hidup Laily mungkin bisa disebut sebagai salah satu fase tersibuknya. Pagi hingga sore ia kuliah, malamnya bekerja, dan di sela-selanya ia masih menyempatkan diri melakukan perjalanan singkat. Aktivitas yang bagi sebagian orang tampak mustahil dijalani bersamaan, justru menjadi ruang belajar terbesar baginya. “Di situ aku belajar tentang manajemen waktu dan prioritas,” ujarnya.
Di hari kerja, Laily membagi dirinya secara tegas. Di rumah sakit, ia sepenuhnya fokus menyelesaikan tanggung jawab profesionalnya sebagai tenaga kesehatan. Saat jam kuliah tiba, ia berubah menjadi mahasiswa yang tekun mendengar, mencatat, dan berdiskusi. Peralihan peran yang cepat itu membuatnya peka pada batas diri: kapan harus bekerja, kapan harus belajar, dan kapan harus berhenti.
Namun yang paling memelihara kewarasannya adalah travelling. Bagi Laily, perjalanan tidak harus jauh. Short trip di akhir pekan, menyusuri kota atau alam sekitar, sudah cukup menjadi “reset button” untuk pikiran yang lelah. “Travelling itu cara aku recharge energi. Bukan sekadar jalan-jalan tapi cara menjaga keseimbangan jiwa,” katanya. Rutinitas itu pula yang membuat hari-harinya selalu punya sesuatu untuk ditunggu.
Kini, ketika kuliah telah usai, ritme hidup Laily sedikit lebih longgar. Weekday ia habiskan untuk bekerja dan kadang menutup hari dengan secangkir kopi di kafe favorit. Weekend lebih fleksibel: travelling jika tubuh meminta jeda, atau mengikuti kegiatan sosial seperti kunjungan ke panti dan volunteer lainnya jika hatinya ingin memberi.
Bagi Laily Windi, produktivitas bukan tentang terus bergerak tanpa henti, melainkan memahami kapan harus berhenti sejenak. Ia percaya hidup bukan hanya tentang mengejar karier, tetapi juga tentang menjaga diri tetap merdeka dari penat. “Aku ingin menikmati hidupku,” tuturnya, “karena istirahat dan bahagia juga bagian dari tanggung jawab pada diri sendiri.”
