
Cianjur, TeropongJakarta.com – Di antara derap langkah prajurit dan suasana disiplin khas asrama militer, seorang perempuan muda melangkah dengan ritme berbeda. Namanya Putri Luftina Apriani. Tinggal di Asrama Yonif 300 Raider Cianjur, ia membawa dunia yang penuh warna, di mana setiap perjalanan adalah pertemuan antara mode dan petualangan.
Putri tak sekadar bepergian. Ia menjadikan setiap destinasi sebagai panggung personal untuk menampilkan gaya busana yang dipikirkan matang. “Saya mulai dari melihat apa yang saya suka, lalu memadukan dengan tren fashion saat ini,” katanya, tersenyum tipis. Dari situlah lahir perpaduan antara kenyamanan dan estetika yang menjadi ciri khasnya.
Ia tahu betul, traveling seringkali menuntut kompromi. Namun baginya, satu hal tak bisa ditawar: kenyamanan. “Baju yang kita pakai sangat menentukan mood perjalanan. Kalau salah pilih, bisa mengganggu semuanya,” ujarnya. Putri selalu membawa pakaian cadangan, bukan sekadar untuk berjaga-jaga, tetapi untuk memastikan setiap foto punya cerita dan warna berbeda.

Pantai menjadi destinasi yang paling menempel di memorinya. Bagi Putri, debur ombak bukan hanya musik alam, tapi terapi jiwa. “Pantai itu tempat terbaik untuk ketenangan. Semua stres seakan larut di sana,” katanya. Ketenangan ini, menurutnya, justru memberi energi baru untuk hidup dan berkreasi.
Dari pantai, ia belajar bahwa gaya hidup bisa dibentuk oleh suasana hati. Di tepi laut, ia kerap memilih outfit longgar, ringan, dan bernuansa tropis. “Pakaian di pantai itu seperti bahasa lain yang berbicara tentang kebebasan,” ujarnya.
Perjalanan dan gaya bagi Putri adalah satu kesatuan. Ia melihat tren fashion global sebagai ruang tanpa batas. “Traveller yang sadar gaya bisa memperkenalkan Indonesia ke dunia,” katanya. Ia percaya bahwa setiap outfit yang dikenakan di tempat berbeda adalah promosi tak langsung untuk budaya dan pariwisata.

Di beberapa perjalanannya, Putri memadukan gaun linen sederhana dengan gelang manik Papua, atau memadukan sneakers modern dengan tas anyaman khas Bali. “Saya ingin selalu membawa jejak tempat yang saya kunjungi di penampilan saya,” katanya.
Foto-fotonya di media sosial bukan sekadar dokumentasi. Ia memperlakukan setiap potret sebagai karya, mengatur pose, latar, dan pencahayaan. Tak jarang, ia memanfaatkan perubahan outfit untuk menyesuaikan nuansa tempat. “Satu tempat, satu gaya. Itu aturan saya,” ujarnya.
Meski terlihat effortless di layar, persiapannya tak main-main. Ia memeriksa cuaca, memprediksi cahaya matahari, hingga memilih palet warna pakaian yang akan ia kenakan. “Traveling itu seni merangkai narasi visual. Bukan hanya datang dan pergi,” ucapnya.

Putri paham, di era digital, konsistensi adalah kunci. Ia tak takut bermain warna, mencoba siluet baru, atau memadukan elemen lokal dengan sentuhan modern. “Yang penting kita percaya diri,” tegasnya.
Kepada para traveller lain, ia memberi pesan sederhana: jangan takut menonjol, tapi jangan mengorbankan kenyamanan. “Kalau mau berkembang sampai mendunia, kuncinya ada di kreativitas, konsistensi, dan kemampuan bercerita lewat gaya,” kata Putri Luftina Apriani, menutup perbincangan.