
SURABAYA, TeropongJakarta.com – Laut Indonesia membentang luas, menyimpan pesona alam sekaligus kekayaan hayati yang belum sepenuhnya terungkap. Di mata Prof. Dr. Noengki Prameswari, drg., M.Kes, Guru Besar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah, samudra ini adalah “perpustakaan obat” yang jutaan halamannya masih tersembunyi.
Ketertarikan Noengki pada marine medicine lahir dari dua alasan mendasar. Pertama, tuntutan menemukan solusi bagi masalah kesehatan nasional seperti stunting, infeksi, dan regenerasi jaringan. Kedua, posisi strategis Indonesia sebagai negara dengan megabiodiversitas laut yang menduduki peringkat teratas dunia. “Potensi laut kita luar biasa, tapi sebagian besar belum tersentuh penelitian mendalam,” katanya.
Dalam penelitiannya, ia memanfaatkan beragam biota laut: ikan teri, ikan lemuru, alga, mikroalga Nanochloropsis oculata, teripang emas, hingga mangrove. Semua itu dieksplorasi untuk meningkatkan pertumbuhan kraniofasial pada anak stunting, mencegah osteoporosis, mempercepat penyembuhan luka, hingga membantu proses remodeling tulang.

Salah satu inovasinya adalah pengembangan teripang emas menjadi jelly gamat berbasis nanoteknologi dan permen jelly gamat. Produk ini lahir dari proses hilirisasi dan kolaborasi dengan industri, sehingga bisa masuk pasar dan dirasakan manfaatnya langsung oleh masyarakat. “Saya ingin penelitian tidak berhenti di jurnal, tapi hadir di kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Inspirasinya juga datang dari pengetahuan tradisional masyarakat pesisir yang sejak lama memanfaatkan biota laut untuk kesehatan. Bagi Noengki, ilmu lokal ini perlu divalidasi secara ilmiah sekaligus dijaga keberlanjutan dan keadilannya. “Ini bukan hanya soal sains, tapi juga soal keadilan bagi masyarakat lokal,” tegasnya.
Perjalanan panjang selama 25 tahun sebagai dosen membawanya meraih jabatan Guru Besar. Rangkaian penelitian di bidang marine medicine menjadi salah satu penopang, melahirkan publikasi ilmiah, paten, dan produk kesehatan yang telah digunakan masyarakat.

Namun, ia memandang jabatan akademik tertinggi itu bukan sekadar pengakuan. Bagi Noengki, Guru Besar adalah amanah untuk mentransformasikan hasil penelitian menjadi materi pembelajaran mutakhir dan program pengabdian masyarakat yang relevan. “Ilmu yang kita miliki harus kembali untuk membangun bangsa,” katanya.
Mahasiswa menjadi bagian penting dari setiap risetnya. Mereka dilibatkan langsung mulai dari pengambilan sampel di lapangan hingga uji klinis. Keterlibatan ini, menurutnya, tidak hanya menambah keterampilan teknis, tetapi juga menanamkan pola pikir inovatif dan kritis.
Visi besarnya adalah menjadikan marine medicine sebagai pusat unggulan riset di Indonesia. Ia membayangkan sebuah ekosistem yang menghubungkan penelitian dasar, pengembangan produk kesehatan, dan pelatihan sumber daya manusia berbasis teknologi.

Noengki juga mendorong hilirisasi hasil riset ke industri farmasi, kosmetik, dan pangan fungsional. “Indonesia tidak boleh hanya menjadi pasar. Kita harus menjadi produsen dan pemain utama,” ujarnya.
Baginya, laut adalah masa depan kesehatan bangsa. “Marine medicine menyatukan sains, inovasi, dan dampak sosial,” kata Noengki. Sebuah misi yang ia dedikasikan untuk menjadikan potensi laut Indonesia sebagai warisan kesehatan bagi dunia.